Selasa, 28 Oktober 2014

Safari Lingkar Simeulue, Setengah Hari Keliling Pulau

 
          Pulau Simeulue adalah pulau terbesar di propinsi Aceh yang sudah lama menjadi kabupaten tersendiri yang sebelumnya bagian dari kabupaten Aceh Barat. Di pulau ini ada dua buah bahasa besar yang jauh berbeda dari bahasa Aceh pesisir dan Aneuk Jamee. Dataran Simeulue umumnya datar dan landai, hampir tak ada gunung, kecuali bukit bukit kecil. Makanya dari kejauhan tidak tampak. Dan umumnya tidak berlaku prakiraan cuaca disini. Jika sekarang panas terik, maka tak ada yang bisa menjamin 3 jam kemudian hujan atau tidak.
           Akhir Oktober 2009 aku pindah tugas ke Simeulue. Terasa sepi dan terpencil. Tetapi awal aku sampai, aku enjoy enjoy saja. Hanya saja bahan pokok dan makanan agak mahal. Kecuali ikan, telur penyu dan daging kerbau kita bisa makan dengan murah meriah. Selebihnya bahan yang tidak ada di pulau mereka datangkan dari dataran (sebutan untuk Sumatera).

            Kabar adanya event Safari Lingkar Simeulue (selanjutnya disingkat SLS) aku terima dari Tina seorang Wajib Pajak yg datang ke kantor. Aku langsung saja mendaftar bukan pada tempatnya (maksudnya di kantorku) dan dia mau membantuku, dengan syarat aku harus percepat dia dapat kartu NPWP. Besok Sabtu 14 November 2009 pagi hari aku harus cepat cepat ke Dinas Kesehatan kab Simeulue janji ketemu Tina untuk ambil baju dan nomor undian.
           Tiba esok harinya, aku telat bangun pagi. Aku bangun kepagian, dan setelah Shubuh kembali tidur. Hampir saja kubatalkan. Tapi aku rasa aku tak selamanya di pulau kelapa ini. Aku harus menikmatinya. Aku tetap ikut, bertanya kesana kemari dan akhirnya aku tunggu tim safari yang telah dibuka oleh Bupati saat itu, Bapak Darmili, di simpang Lasikin, simpang dekat bandara pesawat sejenis Smac dan Susi air. Kami start dari kota Sinabang, ibukota Simeulue.
            Aku berpetualang dengan baju kaus lengan panjang, baju hujan di dalam jok kereta. Aku tak pakai seragam dan tampilanku seperti peserta tak resmi. Sambil tunggu mereka yang sedang jalan melewati Labuhan Bajau, aku duduk ngopi dan sarapan pagi. Belakangan akhirnya aku pernah mengelilingi Labuhan Bajau dan aku menemukan jajaran pohon kelapa yang begitu padat dan indah. Kebun kelapa yang paling indah ketemui. Disitu juga ada pabrik VCO (Virgin Coconut Oil) yang mengekspornya ke Yunani.
            Sekitar sejam lebih menunggu, akhirnya para petualang sampai juga di simpang Lasikin. Kuhidupkan kereta dinasku. Di barisan depan aku lihat Pak Bupati memimpin rombongan bersama warganya. Pak Bupati tampil gagah dengan kereta motor trail lengkap jaket pelindung. Aku tak jauh dari Bupati mengikutinya bersama rombongan dari belakang. Lumayan, jalannya lumayan mulus, cuma sedikit jalan yang rusak.
           Ketika aku sampai di Naibos, Teupah Barat, jalan menanjak dakian tinggi, susah juga dimana kerikil kecil yang bisa jadi ancaman. Aku berhenti sejenak di sebuah warung yang sedang tutup melihat pemandangan pohon kelapa. Sayangnya aku tak bawa kamera untuk menangkap gambar. Aku kembali menaiki sepeda motorku.
           Aku sampai di Kampung Air. Ini adalah daerah kedua yang paling maju setelah Sinabang. Dulu ketika masih jaya mahalnya cengkeh, Kampung Air merupakan daerah yang paling maju. Aku berhenti sejenak buang air. Ketika saat itu di daerah ini jalanan masih berbatu gunung belum dilapisi aspal. Petualangan tetap berlanjut. Pemandangan tepi pantai sepanjang jalan cukup indah, hampir selalu menemani perjalanan ini.
             Keretaku terus berjalan dan cuma berhenti untuk mengisi bensin. Akhirnya kami aku sampai di kantor camat Salang. Seseorang pemandu berdiri di jalan menyuruh para pengendara agar berhenti. Jika tak ada bapak ini, mungkin aku sudah melewati makan siang. Waktunya ishoma yang diisi sedikit ceramah dan wejangan. Aku lupa tentang apa. Lumayan lama disana.
             Perjalanan berlanjut kali ini menuju Langi. Ini daerah ujung barat dan utaranya pulau Simeulue. Ditengah jalan, sekitar wilayah Alafan, aku mendaki gunung yang keras, berbatu kapur, aku kira aspal, rupanya batu warna hitam abu-abu dan putih. Baru kali ini aku lihat bukit seperti itu. Aku sempat berhenti lagi di sekitar Lafakfa makan mie instan.
           Akhirnya setelah menunggu kedatangan Bupati, acara pembagian doorprize dilaksanakan di sini (Langi) sesuai rencana semula. Bupati terlambat datang karena ada sedikit kecelakaan, terjatuh dan sedikit berdarah. Beliau menolak untuk naik mobil. Tetap lanjut naik kereta, aku salut, jempol, like it. Hadiah utama 4 buah sepeda motor dan hadiah kecil lainnya. Pembagian hadiah dilakukan dengan pengajuan pertanyaan dan undian. Seru sangat.
            Setelah acara doorprize, massa terbagi dua. Sebagian pulang melewati jalan semula dan sebagian tetap tempuh jalur melingkar. Setelah tanya seseorang, rupanya jalan yg akan ditempuh tiba bisa dilalui mobil. Bapak Bupati Darmili memilih balik ke jalan semula karena alasan keamanan dan malam yg akan di jalan. Aku tetap di jalur melingkar. Kapan lagi!
           Memang benar, jalanan semakin sulit. Mereka yang di Langi jika ingin ke Sinabang lebih memilih jalan melalui Kampung Air, atau jalur semula yang kami tempuh. Aku tetap jalan dan sampailah di Sibigo. Keadaan semakin senja. Aku tetap berlalu. Hingga aku sampai di daerah Layakbaung atau Babussalam. Aku mengisi bensin, seliter 7 ribu, waktu itu harga di SPBU 4 ribu 5 ratus. Aku rasa sangat wajar. Ada seorang pembeli menggurutu kemahalan. Tampangnya sih tampak orka yang takut miskin. Aku jalan terus di malam pekat.
              Hujan turun, waktu itu aku sampai kira kira di daerah Luan Balu. Sambil menanti hujan aku pun makan malam. Disitu satu satu rumah makan di daerah tersebut. Kenyang, aku lanjut lagi dan akan menghadapi medan yang tersulit. Dari Luan Balu ke Ganting jalanan naik turun, beberapa ruas jalan dilalui air yang turun dari gunung. Hingga aku ketemu dengan jalan yang terputus kira kira 30cm. Rupanya ada yang terjatuh di depanku. Kutawari pertolongan namun dia baik baik saja dan katanya ada rombongan kawannya di belakang. Aku lanjut. Hingga akhirnya sampai di Ganting.
         Perjalanan hampir selesai dan selesai. Jalanan pun sudah mulai bagus. Lelah dan sangat puas mengakhiri SLS ini. Aku langsung pulang ke kantorku rumahku di Sinabang. Tiba kira kira jam 10 malam.
         Aku rasa jalan lingkar Simeulue ini mutlak sangat dibutuhkan masyarakat dan juga jalan potong di tengah pulau. Semoga sekarang jalannya sudah selesai dan bagus. Simeulue Ate Fulawan, Simeulue berhati emas.
******
Maaf tak ada peta, tak tahu bagaimana caranya input gambar dari hp

Tidak ada komentar:

Posting Komentar