Senin, 20 Oktober 2014

Pengalaman peran pertama main film

     Awalnya iseng saja, ketika atasanku meminta kesediaanku untuk ambil peran sebagai salah satu pemeran dlm film tersebut. Aku iyakan, kupikir seru juga. Ternyata oh ternyata aku sebagai pemeran utama.
     Film pendek ini dilaksanakan untuk mengikuti perlombaan menyambut hari anti korupsi untuk seluruh kantor di bawah naungan direktorat kami. Temanya menolak ajakan kolusi dari masyarakat, yaitu Wajib Pajak. Dalam film ini ada 4 tokoh utama, aku sebagai seorang pelaksana yg butuh uang karena istri filmku akan melahirkan, pak Suyan sebagai atasan langsung yg mana homebasenya, kak Rus sebagai Wajib Pajak dan Pak Man sebagai kepala kantor.
     Inti cerita adalah Kak Rus sbg WP (wajib pajak) butuh pelayanan yg sangat cepat untuk kebutuhan tendernya. Kak Rus berusaha menyogok aku, aku pun lagi butuh uang, namun aku tetap bertahan. Lalu Kak Rus naik level ngomong ke atasanku Pak Suyan, melakukan hal yg sama tapi dengan iming2 gratifikasi yg lebih besar (tiket pesawat pp) namun juga ditolak. Keributan kecil pun terjadi. Lalu mereka sama2 menghadap Pak Man selaku kepala kantor yang bijak. Wajib Pajak tetap disambut dengan baik dan ditolak dengan halus dengan alasan yg tepat. Begitulah cerita film yang memakan waktu 13 menit beserta intro dan finishingnya.
      Kamera...!! Action...!! Itulah teriakan pertama untukku. Berbekal pengarahan yg singkat, aku mengendarai sepeda motor kharisma ku, melangkah menuju kantor dengan pasang muka risau galau, tatapan kosong, tengah alis agak mengeryit. Action pertama berjalan mulus. Awal yang baik untukku. Tiba-tiba aku teringat serial kesukaan ku Lie to me dan ini cukup membantuku. Ketika adegan sedang melayani WP aku berusaha melayani ramah, gesture tangan yang cukup dan sedikit kikuk dan senyum yang tidak terkembang sempurna. Ingat, istri filmku lagi sakit dan aku lagi galau susah cemas. Begitulah pengarahan dari para sutradara amatiran yg kami minta bantu dari salah satu universitas di kota ini. Semua kesan wajah dan cara2 dijelaskan dengan tepat untuk ukuran amatiran.
     Adegan serunya ketika aku harus menggenggam tangan istri filmku dan mengelusnya perlahan. Adegan ini lumayan berulang. Nerveous juga dan ditambah kami sama sama berstatus ganda campuran. Untungnya aku ingat sebuah petunjuk supaya tidak melihat mata lawan main. Ini mgkn cukup mrmbantu konsentrasi.
  Film yang cuma 13 menit memakan waktu 2 hari, dengan tempat take shoot 4 lokasi yang berbeda. Melelahkan juga dan aku mulai terasa bosannya. Ini pun sudah dipersingkat dengan cara mengambil gambar sekaligus per para pemeran. Jadi di hari kedua aku tidak ambil gambar lagi. Lelah dan terasa bosan juga dengan tatapan orang lain.    
      Tapi dapat kusimpulkan bahwa pekerjaan aktor itu adalah pekerjaan seni. Mereka bekerja dengan menggunakan imajinasi. Makanya mungkin bagi mereka ini sebuah pekerjaan yang menyenangkan yang bagiku merasa tak ada passion di seni peran.
      Pernah film ini diputar ketika para staff kantor berkumpul seluruhnya. Aku duduk pojok depan. Aku melihat jendela untuk membuang muka. Efek dari film tsbt banyak juga yg bertanya kepada ku "apa istri sudah melahirkan?" , "istri sudah sehat kan?" atau "bayinya laki-laki atau perempuan?" atau sejenisnya tentang keadaan istri filmku. Seakan2 mereka membawa ke kehidupan yg nyata.
  Sekarang jika menonton film, aku jadi lebih tertarik, karena sedikit banyak mulai tahu proses buat film, ekspresi wajah yg ditampilkan dan lainnya. Adegan yang banyak cut cut nya merupakan adegan yang mudah diperankan dan juga sebaliknya. Kalau menurutku tokoh yg susah diperankankan adalah tokoh pahlawan, ekpresi yang paling mudah marah marah.
     Sadar atau tidak sebenarnya kita sering berperan layaknya film (bersandiwara), yang bahkan pemeran film sandiwara kehidupan nyata lebih hebat darri pada aktor sekali pun, contohnya politikus dan pejabat (upsss.... jangan ribut2, ini bagi yg nakal saja). Atau juga bahkan diantara kita tidak mampu membedakan antara film dan kenyataan, contohnya banyak tivi yang dilempari karena nonton tukang bubur naik haji, hehehhehe......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar