Sabtu, 25 Oktober 2014

Belajar Berpikir Terbalik

        Jika kita berbuat baik, maka kita juga akan berbalas kebajikan. Tak ada manusia yang suka dijajah. Tak ada orang atau rakyat yang suka dibohongi. Tak ada wanita yang mau dilecehkan apalagi diperkosa. Semua orang berhak dihormati. Dan semua orang cinta damai. Tidak salah jika semua orang berpikir sesuai kaidah-kaidah umum yang berlaku, seperti pernyataan di atas atau semacamnya.
           Namun, pernahkah kita berpikir berkebalikan dari pernyataan pernyataan di atas. Bahwa ada orang yang suka dijajah, ada yang suka dibohongi, ada yang cinta kerusuhan dan kekacauan, ada juga yg hobi dilecehkan. Sekilas aneh, tapi mungkin saja dibuktikan dan secara tidak sadar kita bisa menerimanya.
          Teringat sebuah dialog sederhana di sebuah warkop, ada teman yang menyayangkan sejarah Indonesia yang dijajah Belanda selama ratus tahun. Dia berandai jika yang jajah kita itu Inggris, mungkin ceritanya akan lain. Indonesia akan jadi lebih makmur. Masuk dalam negara persemakmuran Inggris. Kalau negara persemakmuran Belanda ada ngak? Hehehe. Atau ada cerita seorang,  keturunan Jepang, ketika pergi ke Jepang dan mengaku keturunan Jepang dengan marga tertentu. Singkat cerita dia dilayani dengan baik dan dipenuhi segala keperluannya selama di Jepang. Walaupun (maaf) mungkin orang tuanya atau orang tua dari orangtuanya dilecehakan sama Japanese. Status kejepangannya tersebut membuat dia beruntung yang jangan-jangan dibanggakan pula. Benar nih, ada ceritanya, yang mana kita tidak perlu tahu siapa orangnya. Ini mungkin bentuk pengakuan beruntung dijajah Jepang atau malah dilecehkannya. Ada juga contoh lain dari para rupawan menawan yang keturunan Indo.
         Ada seorang pengusaha tidak mau mencairkan cek yg didapat dari orang lain melalui anak buahnya. Padahal ini anak buah kepercayaannya. Jumlah cek nya sangat besar. Katanya jika kita titipkan uang dalam jumlah beberapa kali gajinya, ini masih bisa dipercaya karena resikonya dipecat, tetapi jika kita titipkan uang yang tidak mungkin bisa dipenuhi seumur hidupnya, bisa saja uang ini menjadi senjata makan tuan. Uangnya diambil, kuta pun celaka. Tak selamanya jebaikan itu akan dibalas kebaikan. Air susu dibalas air racun.
         Atau pun juga secara logika dasar kita bahwa semua orang cinta damai. Tidak selamanya, bahwa dalam konflik tersebut tetap saja ada pihak yang mengambil keuntungan, menjual senjata dan menyingkirkan lawan lawannya. Kepentingan dan uang berbicara. Ditambah lagi aroma busuk kebencian yang selalu ada di ubun ubunnya. Tidak semua cinta damai.
            Ada juga cerita perkosaan yang tidak terungkap. Tanya kenapa? Selain karena rasa takut akan ancaman, malu dan ada juga karena jablay (yang ini tak perlu dibahas). Atau ada juga yang menuntut pemerkosa karena sang pelaku bermasa depan cerah. Wow, ngarep diulangi lagi sepertinya. Tapi yang ini jangan ditiru. Tapi begitulah kenyataannya.
            Dan juga tidak semua orang ingin masuk surga. Ada juga yang memilih masuk neraka karena akan bertemu tokoh tokoh peradaban seperti Pharaoh. Ada kok orangnya.
     Setelah kita mencoba berpikir terbalik, jangan membuat kita ingin berjalan terbalik, kaki di atas dan tangan di bawah. Jangan sering melawan kaidah umum.  Hanya saja ada fakta dibalik persepsi umum yang berlaku. Ini bisa membuat kita lebih bijak dalam menjalani hidup.

SELAMAT BERPIKIR TERBALIK.
(Bagaimana yaa caranya membuat tulisan di atas terbalik)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar