Jumat, 18 Desember 2015

Alasan orang pintar tidak pintar atau malas menulis

Adalah sebuah keberuntungan jika bershahabat dengan orang yang pintar atau ahli di bidangnya. Ibarat seorang pembuat parfum, paling tidak kita bisa mencium semerbak wanginya. Selain menambah ilmu juga menambah wawasan. tetapi banyak juga dari mereka yang tidak pintar berbagi, jangankan berbagi tulisan, berbicara dan menjelaskan saja bagi mereka yang benar-benar pintar adalah sesuatu yang susah. Namun apa yang kira-kira alasan dibalik hal tersebut.
mendengar lebih baik dari pada berbicara
 Bagi yang sependapat bahwa menulis itu adalah bentuk lain dari berbicara maka ini menjadi alasan yang masuk akal. Apalagi jika sependapat bahwa membaca adalah bentuk lain dari mendengar. Jika mau diperluas, maka dosa akibat mendengar lebih ringan dari pada apa yang ditimbulkan lidah. Dan juga sudah lumrah jika ciri-ciri orang pintar itu umumnya pendiam. Mereka juga lebih memilih mendengar dan membaca untuk menambah ilmu.
Memberikan fakta & rujukan, bukan pendapat
 Ini adalah sebagai salah satu bentuk tanggung jawab ilmiah karena sebuah kebenaran itu berawal dari sebuah pendapat yang sudah diuji, punya bukti, dan tahan terhadap bantahan. Sebenarnya ada juga bentuk pendapat dari orang pintar, contohnya yaitu teori dan hipotesa. Hanya saja bentuk pendapat ilmiah tersebut tetap punya rujukan, percobaan dan didukung dengan fakta. Ujung-ujungnya ada juga teori dan hipotesa yang telah terbantahkan.
 Orang pintar atau ahli tidak hanya rama-ramai melontarkan pendapat. Biasanya perang lontar pendapat sering terjadi pada perdebatan, baik lisan ataupun tulisan, terutama pada debat kusir. Anehnya juga ada yang mengaku-ngaku pintar tapi hampir tidak bisa membedakan antara fakta dan pendapat
Tidak suka curhat
Ini sudah sangat jelas jika banyak orang menggunakan internet dan media sosial untuk curhat, terutama masalah pribadi atau diri orang lain. Ada juga curhat yang seharusnya disensor dan tidak perlu ditampilkan secara umum. Adakah bertambahnya ilmu dengan cara curhat di internet atau medsos? Malahan bisa menjadikan terbongkarnya aib dan kelemahan diri.
Ilmiah, sistematis dan tidak menarik
 Pernah baca jurnal? Atau skripsi dan tesis? Jika tidak merasa cepat bosan, maka orang tersebut punya kemampuan di atas rata-rata. Umumnya orang cepat merasa bosan karena penyajiannya yang ilmiah dan sistematis dan cenderung tidak naratif. Atau pernah mendengarseorang dosen menjelaskan science dengan menggunakan diagram, garis-garis dan serta pembagiannya? Dengan cara tersebut memudahkan penjelasannya. Tetapi ketika hal-hal tersebut dituangkan ke dalam sebuah artikel, yang akan dibaca dan dikonsumsi khalayak ramai, mungkin akan menjadi sulit karena terkurung oleh persepsi ilmiah dan sitematis.
Kurang komunikatif dan kurang mengasah kemampuan menulis.
 “berbicaralah dengan orang lain sesuai kemampuan akalnya”, ini sebuah saran yang cukup efektif dalam komunikasi. Sebuah komunikasi yang baik adalah terciptanya satu kepahaman yang sama tentan maksud komunikator oleh si penerima pesan (komunikan). Maka mempelajari ilmu dan teknik komunikasi akan sangat membantu dalam setiap aspek kehidupan. Selain itu salah satu media komunikasi adalah tulisan. Pemilihan kata, penggunaan kata serapan dan istilah perlu diperhatikan supaya maksud dan tujuan komunikasi dapat diterima dengan baik. Butuh banyak latihan menulis.
Tidak money oriented dan plagiat.
Teknologi juga bagaikan dua sisi uang logam, memudahkan manusia dan memanjakan manusia. Teknologi memudahkan menyampaikan informasi dan pengetahuan, tetapi para plagiator juga menggunakan teknologi untuk ritualnya. Dimana salah satu maksud plagiat itu untuk menghasilkan berkah pundi-pundi kesejahteraan untuk keuntungan pribadi. Orang pintar atau ahli umumnya bukan termasuk plagiator.

 Artikel di atas adalah salah satu bentuk opini. Opini yang didasarkan pengalaman dan pengamatan. Walaupun opini, paling tidak bukan plagiat. Dan juga dapat penulis tidak sependapat dengan pernyataan “orang pintar harus minum jamu bla bla bla”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar