Minggu, 18 Oktober 2015

Penguatan Merek Lokal di event PIN & TTG Nasional di Aceh 2015 #SmescoNV

         Berpusat di sekitaran Stadion Sepakbola Harapan Bangsa, Lhong Raya, Banda Aceh, Pemerintah mengadakan acara Pekan Inovasi (PIN) Perkembangan Desa/Kelurahan Nasional yang ke-I dan Gelar Teknologi Tepat Guna (Gelar TTG) Nasional ke-17. Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo meresmikan pembukaaan kedua pameran tersebut yang berlangsung 7 - 12 Oktober 2015. Lebih dari 5.000 peserta dari lebih 30 propinsi di Indonesia mengambil bagian dalam pameran ini.
        Walaupun pameran ini utamanya menampilkan inovasi perkembangan desa dan penerapan teknologi tepat guna dalam kehidupan bermasyarakat, banyak juga yang mengenalkan produk-produk yang telah lama beredar dan produk-produk baru untuk lebih dikenal masyarakat luas khususnya masyarakat Aceh. Tentu saja produk yang diperkenalkan berhubungan juga dengan tujuan PIN dan TTG, baik secara langsung maupun tidak langsung. Beberapa teknologi yang dikenalkan bersifat teknologi sederhana, pemakaian yang mudah dan juga dapat ditiru beserta cara-cara pembuatannya. Dan juga tak ketinggalan promosi wisata tiap propinsi tetap ambil bagian di pameran ini.
         Dalam pameran ini terdapat banyak stand-stand dan beberapa hall. Begitu melewati pintu masuk kita akan berhadapan barisan stand pameran di kiri-kanan yang menampilkan teknologi tepat guna dari beberapa propinsi. Terdapat 6 buah hall dimana Hall 1, 2 , 3 dan 4 untuk propinsi-propinsi selain Aceh, Hall 5 khusus untuk dinas-dinas pemerintah propinsi Aceh, ruang pemkot Banda Aceh dan Kemendagri, sedangkan Hall 6 khusus untuk pemerintah kota dan pemerintah kabupaten seluruh Aceh.



        Porsi yang berlebih bagi pemerintah Aceh dan pelaku UKM (Usaha Kecil dan Menengah) Aceh dalam pameran ini bukanlah suatu ketidakadilan mengingat sebahagian besar pengunjung dari masyarakat Aceh yang sangat mungkin akan menjadi konsumen produk UKM Aceh, dan umumnya produk-produk yang ada masih skala lokal setingkat kecamatan, kabupaten atau pun propinsi. Lagi pula tujuan utama adalah mengenalkan inovasi dan teknologi tepat guna.
       Pemerintah pusat melalui sebuah lembaga pemerintahan di bawah naungan Kementerian Negara Koperasi Usaha Kecil dan Menengah mempunyai lembaga Smesco sebagai wadah untuk mempromosikan produk-produk unggulan Indonesia kepada dunia Internasional. Smesco kepanjangan dari "Small and Medium Enterprises and Cooperatives" atau koperasi dan usaha kecil dan menengah. Di situs internet smesco kita bisa melihat berita tentang UKM (Usaha Kecil dan Menengah) di paviliun propinsi, gallery UKM seperti layaknya di pameran. Untuk pemasaran produk UKM tersedia di situs smescotrade dan juga fanpage media sosial.

Beberapa produk merek lokal di pameran PIN dan TTG 2015
        Umumnya setiap propinsi punya produk dengan merek lokal untuk industri makanan ringan. Dodol Garut misalnya yang sudah terkenal se-Indonesia, nyatanya banyak juga masyarakat yang masih bertanya-tanya, maka dengan pameran ini diharapkan lebih dikenal masyarakat yang kurang akses informasi. Jenis makanan olahan seperti abon, lauk atau ikan kering dan makanan pelengkap lainnya adalah produk UKM setiap propinsi yang paling banyak di stand-stand propinsi. Selain produk industri makanan, batik juga banyak menghiasi stand pameran tentunya dengan corak masing-masing daerah dan juga kain tenun.
         Ada juga propinsi yang memperkenalkan produk ciri khas daerahnya. Papua dan Papua Barat menampilkan produk olahan yang berbahan baku "buah merah" yang berupa sirup, minuman, lotion, masker wajah dan lainnya. Setiap produk dari kedua propinsi tersebut selalu menginformasikan buah merah dari Papua sebagai keistimewaan daerahnya. Layaknya kopi Gayo yang menjadi bermacam ragam produk kopi dan merek di Aceh. Mutiara Lombok juga mengambil dua stand untuk meperkenalkan dan menjual produknya. Kabupaten Tomohon dipenuhi produk bunga hidup dan juga daerah lain dengan kekhasan masing-masing.






   
  
   

   
    
   
  
  






        Di stand Baristan dan LIPI, ada sebuah produk dengan penggunaan teknologi tepat guna berupa alat penjernih udara. Zeta Green menggunakan konsep teknologi nano yang bekerja menghisap udara sekitar, masuk ke dalam tabung penjernih, lalu partikel udara tersebut ditembak sehingga partikel tersebut terpisah dari zat racun dan polutan. Kemampuan satu alat Zeta Green dapat membersihkan udara dalam ruangan 4 x 4 meter dan sudah diproduksi secara massal dan beberapa rumah sakit pemerintah sudah memakainya.


         Selain itu, ada juga beberapa produk lokal di bidang pertanian, peternakan dan teknologi tepat guna yang bisa dijumpai umumnya di stand kementerian dan dinas propinsi. Hanya saja untuk produk berupa alat masih jarang yang memproduksi secara massal. Produk seperti pupuk organik, pestisida alami, pengawet buah-buahan dan asap cair juga terdapat di pameran ini beserta penjelasan teknik cara pembuatannya.
 
         
 





























Batik, kopi dan produk lokal Aceh lainnya.
           Sebagai salah seorang putra daerah, rasanya belum puas jika belum memperkenalkan produk daerah sendiri sebagai wujud cinta tanah kelahiran. Produk Aceh yang dihasilkan dari UMKM yang dibina oleh pemerintah Aceh atau secara mandiri, dapat dijumpai dan terpusat di Hall 5 dan 6.
           Batik khas Aceh tak ubahnya seperti daerah lain dalam promosinya di pameran ini. Pembuatannya dengan cara cetakan dan tidak menggunakan "malam". Beberapa motif batik khas Aceh adalah motif Pintoe Aceh, Rencong dan Bungoeng Jeumpa. Ada juga batik khas Aceh yang terbuat dari semi sutra dengan kisaran harga di atas 400 ribu rupiah. Produksi batik khas Aceh masih dalam skala kabupaten atau propinsi dimana belum diproduksi banyak mengingat batik Aceh belum begitu familiar dan terus berusaha memperbesar pangsa pasarnya terutama di daerah sendiri. 




          Di Hall 5 ada seorang pengusaha muda yang memproduksi kain sarung dengan motif batik Aceh. Umur usahanya baru berjalan 6 bulan. Kain sarung didatangkan dari luar propinsi lalu diwarnai dan digambarkan motif batik khas Aceh. Dengan bermerek Ija Kroeng, mereka pernah menjual kain tersebut hingga ke Norwegia walaupun pembelinya juga putra daerah. Keikutsertaan dalam pameran ini untuk mengenalkan merek dan memperluas pangsa pasar khusus di Aceh, demikian penjelasan pemilik usaha yang juga sebagai model atas produknya sendiri. Ija Kroeng menggunakan konsep industri inovatif seperti produk dari Piyoh yang sudah berjalan sebelumnya. 


           Kopi Gayo, dari dataran tinggi di tengah propinsi Aceh terbukti sebagai kopi terbaik di dunia. Banyak UKM yang sudah memproduksinya dengan nama sachet yang berbeda dengan tetap menyertai tulisan Kopi Gayo, Arabica Gayo atau pun Robusta Gayo. Menurut keterangan seorang peserta pameran, kopi Gayo terbaik adalah kopi jenis Arabica yang sudah dimakan luwak secara liar dimana harganya bubuk kopinya mencapai 70 ribu per 100 gram dan tidak bisa diproduksi secara massal dan kontinyu.
           Beberapa produk lain yang dihasilkan UKM di Aceh seperti sebuah unit usaha di Desa Sibreh Keumude, Aceh Besar sudah memproduksi alat atau mesin untuk pertanian, peternakan maupun industri rumah tangga seperti mesin press bata, mesin penyulingan, semprot pestisida dan lainnya yang masih dalam skala kabupaten. Industri UKM bidang makanan sangat banyak menghasilkan produk makanan olahan seperti ikan asin, abon, ikan kayu, meuloh teupeih, dodol Aceh, dan juga garam cair.
 
 








Kritik dan Saran
         Banyak pihak yang merasa kecewa dengan pelaksanaan acara ini, baik dari peserta maupun pengunjung. Mulai dari masalah ketersediaan listrik, ketersediaan tempat sampah, keberadaan MCK, akses jalan yang sempit, pedagang yang menjajakan dagangannya di jalan masuk hall dan masih banyak kekurangan lainnya. Seharusnya bisa diatasi jika koordinasi antara sesama pihak terkait berjalan lancar terlepas dari kepentingan-kepentingan mencari untung untuk pribadi mengingat dana yang dikucurkan cukup besar lebih dari 13 Milyar dan pameran ini tingkat nasional, bukan setingkat PKA. Belajar dari pengalaman dan kesalahan yang ada, semoga pemerintah Aceh bisa menjadi tuan rumah yang handal dalam menyelenggarakan even pameran nasional di masa datang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar